Rabu, 30 April 2014

Mesjid Berkubah Tujuh di Bumoe Aceh


Pendahuluan  
Dalam berbagai literatur disebutkan bahwa mesjid sebagai tempat peribadatan umat islam khususnya yang berhubungan dengan sujud atau merendahkan diri kepada sang pencipta. Secara terminologis mesjid dapat juga didefinisikan sebagai suatu bangunan, surau, gedung atau suatu lingkungan yang memiliki batas yang jelas (benteng/pagar) yang didirikan secara khusus sebagai tempat beribadah umat Islam kepada Allah, khususnya untuk menunaikan shalat.

Dewasa ini mesjid tidak hanya difungsikan sebagai tempat peribadatan (shalat), akan tetapi terdapat beberapa fungsi turunan yang lahir berupa aktifitas-aktifitas suci dalam rangka pemujaan yang dilakukan para hamba kepada sang khaliq. Mesjid dapat dimanfaatkan sebagai pusat pembelajaran agama islam, sarana pelaksanaan zikir akbar, ceramah maulid, Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) dan perpustakaan, serta musyawarah mufakat.
Di Provinsi Aceh terdapat sebuah mesjid yang letaknya tepat di jantung kota Banda Aceh (Ibu kota Provinsi Aceh). Mesjid ini bernama Mesjid Raya Baiturrahman (Baiturrahman Grand Mosque). Pada saat dibangun berbagai lapisan sejarah pemerintahan telah dilewati, mulai dari masa kesultanan, pemerintah Belanda sampai pemerintahan Aceh. 
Nilai Sejarah Mesjid 7 Kubah 
Dikutip dari berbagai hikayat kuno, Mesjid Raya Baiturrahman mulai dibangun pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda pada tahun 1022 H/1612 M. Riwayat lain mendeskripsikan bahwa pendiri sesungguhnya adalah Sultan Alaidin Mahmudsyah pada tahun 1292 M.
Mesjid ini pernah dijadikan benteng pertahanan umat Islam dalam tragedi perang Aceh. Bahkan ketika tentara Belanda melakukan ekspedisinya yang kedua mesjid ini terbakar habis yaitu pada bulan Safar 1290 H/April 1873 M. 
Ironisnya, mesjid ini dibangun kembali oleh pemerintah Belanda yang diprakarsai oleh Mayor Jenderal Karel Van Der Heijden yang menjabat sebagai gubernur militer Aceh pada waktu itu. Tepatnya pada hari Kamis, 13 Syawwal 1296 H bersamaan dengan 9 Oktober 1879 M, peletakan batu pertamanya yang diwakili oleh Teungku Qadhi Malikul Adil, dan selesai dibangun pada tahun 1299 H dengan memiliki satu kubah.
Pada tahun 1935 M, Mesjid Raya Baiturrahman mengalami perluasan dibagian kanan dan kirinya dengan tambahan dua kubah. Perluasan ini dikerjakan oleh Jawatan Pekerjaan Umum (B.O.W) yang dipimpin oleh Ir. M. Thahir dan selesai dikerjakan pada akhir tahun 1936 M dengan jumlah tiga kubah. Namun, kubah mesjid raya seiring waktu terus bertambah dikarena banyaknya jamaah yang berkunjung sehingga dibutuhkan perluasan area mesjid. 
Usaha perluasan dilanjutkan oleh sebuah panitia bersama yaitu Panitia Perluasan Masjid Raya Kutaraja. Dengan keputusan menteri tanggal 31 Oktober 1975 disetujui pula perluasannya yang kedua dan pelaksanaannya diserahkan pada pemborong NV. Zein dari Jakarta. Perluasan ini menambah dua kubah lagi dan dua menara sebelah utara dan selatan. Dengan perluasan kedua ini Masjid Raya Baiturrahman mempunyai lima kubah dan selesai dikerjakan dalam tahun 1979 M.
Pada tahun 1991-1993, Masjid Raya Baiturrahman melaksanakan perluasan kembali yang disponsori oleh gubernur Dr. Ibrahim Hasan yang meliputi halaman depan dan belakang serta mesjidnya itu sendiri. Bagian masjid yang diperluas, meliputi bagian lantai masjid tempat shalat, perpustakaan, ruang tamu, ruang perkantoran, aula dan tempat wudhu. Sedangkan perluasan halaman meliputi taman dan tempat parkir serta satu buah menara utama dan dua buah minaret. Sehingga saat ini luas ruangan dalam mesjid menjadi 4.760 m2 berlantai marmer buatan Italia, memiliki 7 kubah, 4 menara, 1 menara induk dan dapat menampug 9.000 jamaah.

Filosofi dan Nilai-Nilai
Sekitar 600 tahun lebih melewati peristiwa-peristiwa bersejarah, sampai saat ini Masjid Raya Baiturrahman masih berdiri kokoh sebagai simbol agama, budaya, semangat, kekuatan, perjuangan dan nasionalisme Suku Aceh. Dari masa ke masa mesjid ini telah berkembang pesat baik ditinjau dari segi arsitektur, peribadatan maupun kegiatan kemasyarakatan.
Kekayaan sejarah yang dimiliki oleh mesjid ini menjadikan namanya melambung dikawasan Asia Tenggara. Mulai dari sejarah yang terukir sejak masa kerajaan, pembangunan bertahan yang dilalui bahkan tahun 2006 sempat disentuh oleh musibah besar gempa bumi dan Tsunami. Namun, kekuatan Tuhan mengangkat dan menyelamatkan mesjid tujuh kubah ini dari hantaman gelombang Tsunami.
Kini pencitraannya semakin mendunia, menjadi salah satu icon Kota Banda Aceh yang mengundang ribuan turis untuk datang dan berkunjung ke rumah Tuhan tersebut. Kubah tujuhnya menyimpan bermacam cerita serta perpaduan filosofi ke-Islaman dan ke-Acehan. Sehingga tidak diragukan lagi Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh menjadi tempat yang sangat indah dan tepat untuk dikunjungi karena dipenuhi oleh nila-nilai history dan miracle yang tak terhingga pentingnya.

2 komentar:

  1. Subhanalllah...
    Mesjid Raya Baiturrahman juga termasuk mesjid terindah di dunia...

    BalasHapus